KATA
PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini kami membahas
tentang Bendung.
Makalah
ini dibuat untuk memperdalam pengetahuan tentang bangunan air khususnya Bendung
dan sekaligus sebagai tugas yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam mata
kuliah Rekayasa Sungai.
Makalah
ini dapat terselesaikan atas bimbingan dan bantuan dari dosen-dosen yang
senantiasa mendampingi kami. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ir. A. Saklaressy, MT. dan Ny. Warniyati, ST. MT atas
bimbingannya.
Kami
menyadari sungguh bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
makalah ini.
Demikian
makalah ini dibuat, semoga bermanfaat.
Ambon,
Januari 2012
Kelompok
V
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Tujuan
Penulisan
1.3 Permasalahan
1.4 Manfaat
Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bendung
2.2 Jenis-Jenis Bendung
2.3 Pemilihan Lokasi Bendung
2.4 Bagian-Bagian Bendung
2.5 Tipe-Tipe Mercu Bendung
2.6 Pemilihan Bendung
2.7 Perencanaan Tubuh Bendung
2.8 Stabilitas Bendung
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
|
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
|
1
2
3
4
4
4
4
5
5
5
6
8
15
16
16
24
25
25
25
26
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir di
setiap wilayah Indonesia terdapat banyak sungai besar maupun kecil yang
menguasai hampir 80% hajat hidup masyarakat Indonesia, terutama petani sebagai
basis dasar negara Agraris. Kebutuhan akan ketersediaan air
pada suatu daerah sangatlah perlu diperhatikan dikarenakan air merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupannya.
Indonesia merupakan daerah yang memiliki dua musim yakni musim kemarau dan
musim penghujan. Sehingga
perlu dikembangkan potensi - potensi sungai tersebut guna meningkatkan hasil
produksi pertanian, salah satunya dengan membangun bendung.
Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari
pasangan batu kali, bronjong atau beton, yang terletak melintang pada sebuah
sungai yang tentu saja bangunan ini dapat digunakan pula untuk kepentingan lain
selain irigasi, seperti untuk keperluan air minum, pembangkit listrik atau
untuk penggelontoran suatu kota. Menurut macamnya bendung dibagi dua, yaitu
bendung tetap dan bendung sementara, bendung tetap adalah bangunan yang
sebagian besar konstruksi terdiri dari pintu yang dapat digerakkan untuk
mengatur ketinggian muka air sungai sedangkan bendung tidak tetap adalah
bangunan yang dipergunakan untuk meninggikan muka air di sungai, sampai pada
ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan
petak tersier.
Bendung
sebagai salah satu contoh bangunan air mencakup hampir keseluruhan aspek bidang
ketekniksipilan, yaitu struktur, air, tanah, geoteknik, dan manajemen
konstruksi didalam perencanaan teknis strukturnya. Untuk mendapatkan struktur
bendung yang tepat perlu dilakukan analisis dan perhitungan yang detail dan
menyeluruh, hal ini dikarenakan adanya hubungan saling ketergantungan dari
banyak aspek dalam pelaksanaannya.
1.2 Tujuan
Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang bendung serta bagian-bagiannya
dan fungsinya di dalam kehidupan manusia.
1.3 Permasalahan
Adapun
permasalahan yang diangkat pada makalah ini yaitu apa itu bendung,
bagian-bagiannya serta fungsinya dalam kehidupan manusia?
1.4 Manfaat
Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi kalangan akademik (teoritis) untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai bendung serta syarat-syarat perencanaannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi
untuk meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah
satu bagian dari bangunan utama.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure)
yang terdiri dari bagian-bagian: bendung (weir
structure), bangunan pengelak (diversion
structure), bangunan pengambilan (intake
structure), bangunan pembilas (flushing
structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment
trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk
meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap
dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).
2.2 Jenis-Jenis Bendung
a. Bendung
tetap (fixed weir, uncontrolled weir)
Bendung tetap
adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak dapat diubah, sehingga
muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki.
Pada bendung tetap,
elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai yang sedang
melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun). Bendung tetap
biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan
tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat
kondisi banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang
dibangun di daerah hulu tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang
luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya yang curam.
b. Bendung
gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)
Bendung gerak adalah
jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah sesuai dengan yang
dikehendaki.
Pada bendung gerak,
elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun sesuai yang
dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung gerak
biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai
atau muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai atau
datar dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka
air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah hilir bisa diturunkan
dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber kemana-mana
(tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat pintu yang
telah terbuka kea rah hilir (downstream).
2.3 Pemilihan Lokasi Bendung
Dalam
pemilihan lokasi bendung hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan
dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamanan bendung,
pelksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan sebagainya. Dari beberapa
pengalaman dalam memilih lokasi bendung, tidak semua persyaratan yang
dibutuhkan dapat terpenuhi. Sehingga lokasi bendung ditetapkan pada persyaratan
yang dominan. Pemilihan lokasi bendung didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :
a. Keadaan
Topografi
·
Dalam hal ini semua rencana daerah
irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan
diari;
·
Bila elevasi sawah tertinggi yang akan
diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan;
·
Dari kedua hal di atas, lokasi bendung
dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.
b. Keadaan
Hidrologi
·
Dalam pembuatan bendung, yang patut
diperhitungkan juga adalah faktor – faktor hidrologinya, karena menentukan
lebar dan panjang bendung serta tinggi bendung tergantung pada debit rencana.
Faktor – faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan
debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan
banjir di site atau bendung.
c. KondisiTopografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
·
Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi;
bila bendung dibangun di palung sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari
dasar sungai tidak lebih dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan
pelaksanaannya.
·
Trase saluran induk terletak di tempat yang
baik; misalnya penggaliannya tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu
tinggi – untuk tidak menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk dibatasi
sampai dengan kedalaman delapan meter.
·
Penempatan lokasi intake yang tepat
dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen; sehingga aliran ke intake
tidak mengalami gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga
dapat dihindari.
d. Kondisi
Hidraulik dan Morfologi
·
Pola aliran sungai meliputi kecepatan
dan arahnya pada waktu debit banjir, sedang dan kecil;
·
Kedalaman dan lebar muka air pada waktu
debit banjir, sedang dan kecil;
·
Tinggi muka air pada debit banjir
rencana;
·
Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
e. Kondisi
Tanah Pondasi
·
Bendung harus ditempatkan di lokasi
dimana tanah pondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain
yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan
karena arus dan sebagainya.
f. Biaya
Pelaksanaan
·
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung
juga menjadi salah satu faktor penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung.
Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah
dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
2.4 Bagian-Bagian Bendung
a. Tubuh
Bendung (Weir)
Tubuh
bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju aliran
sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini
biasanya terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau
beton. Tubuh bendung umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh bendung
merupakan bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal
maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap tekanan air, tekanan
akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan gempa,dan akibat berat sendiri.
b. Pintu
Air (Gates)
Pintu
air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka, dan
menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang
penting dari pintu air, yaitu:
-
Daun Pintu (Gate Leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk membuka, mengatur, dan menutup aliran air.
-
Rangka pengatur arah gerakan (guide
frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
-
Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
-
Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
c. Pintu
Pengambilan (Intake)
Pintu
pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan mencegah
masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung, tempat
pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga
hanya sebuah, tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat
pengambilan dua buah, menuntut adanya bangunan penguras dua buah pula.
Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam debitnya kecil, maka
pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh bendung. Hal ini
akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup satu
saja.
d. Pintu
Penguras
Penguras ini bisanya
berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan kadang-kadang ada pada
kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada pintu pengambilan.
Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun
terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah
kanan bendung, maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun
kadang-kadang pintu pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras
cukup satu hal ini terjadi bila salah satu pintu pengambilan lewat tubuh
bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding tegak sebelah kiri atau
kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar antara
1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras
ini berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik
pintu tersebut. Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak
tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60
menit. Bila ada benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu penguras,
sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu menjadi dua bagian, sehingga
bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat lewat diatasnya.
e. Kolam
Peredam Energi
Bila
sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung maupun
pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air.
Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan
setempat (local scauring). Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat
suatu konstruksi peredam energi. Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu
bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang lengkung, dan penampang
lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat)
tipe, yaitu :
-
Ruang Olak Tipe Vlughter
Ruang olak ini dipakai
pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa batuan besar. Bentuk
hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas mercu
dan perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
-
Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini
mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan peredam energi tipe
Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam peredam energi ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan
tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.
-
Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energi
ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler bucket atau
dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir
sama dengan tipe Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan.
Umumnya peredam ini digunakan bilamana sungai membawa batuan sebesar kelapa
(boulder). Untuk menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai
yang melengkung sehingga bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting ke
arah hilirnya.
-
Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya
dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan ini
memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang dibedakan
oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang
olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat
benturan langsung dari aliran dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe
USBR II merupakan ruang olakan yang memiliki blok-blok saluran tajam (gigi
pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok
untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe
USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu, pada
dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata
aliran, dan tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis
rendah, dan ruang olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi
pemencar di ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan Froud antara
2,5 - 4,5.
-
Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin
(SAF = Saint Anthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr (Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics, V.T.Chow : 417-420)
f. Kantong
Lumpur
Kantong
lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari
fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis
disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam
kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas
kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu
ke sungai sebelah hilir.
g. Bangunan
Pelengkap
Terdiri dari
bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk
keperluan :
-
Pengukuran debit dan muka air di sungai
maupun di saluran sungai.
-
Pengoperasian pintu.
-
Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta
perumahan untuk tenaga eksploitasi dan pemeliharaan.
-
Jembatan diatas bendung agar seluruh
bagian bangunan utama mudah dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk
umum.
2.5 Tipe-Tipe Mercu Bendung
a. Tipe
Mercu Bulat
Untuk
bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai – sungai,
type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air
hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung
stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari – jari
hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.
b. Tipe
Mercu Ogee
Bentuk
mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi.
Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu
mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan
dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam
olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe
mercu ogee karena memerlukan lantai muka untuk menahan penggerusan, digunakan
tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.
c. Tipe
Mercu Vlughter
Tipe
ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa
batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.
d. Tipe
Mercu Schoklitsch
Tipe ini
merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian
atau koperan yang sangat besar.
2.6 Pemilihan Tipe Bendung
Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung
gerak) didasarkan pada pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak
pada daerah yang luas maka bendung gerak (bendung berpintu) merupakan pilihan
yang tepat.
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut
berdampak pada daerah yang tidak terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka
bendung tetap merupakan pilihan yang tepat.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat
banjir, maka peredam energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu
muka pelimpah direncanakan mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar
batu-batu bongkah dapat terangkut lewat di atas pelimpah. Jika sungai tidak
mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam energi yang
sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling
basin).
2.7 Perencanaan Tubuh Bendung
Bangunan tubuh bendung (weir) terdiri dari: pelimpah
(spilway), peredam energi (energy dissipator), pondasi bendung dan lantai hulu
bendung.
a.
Pelimpah
(spilway).
Pelimpah berfungsi
untuk menaikkan elevasi muka air. Elevasi puncak pelimpah direncanakan
berdasarkan banyak hal antara lain : elevasi muka air rencana di bangunan bagi
paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat ukur, kehilangan tinggi energi
pada pengambilan saluran primer, kehilangan tinggi energi pada pengambilan, faktor
keamanan dan kemiringan saluran antara bangunan intake dengan bangunan bagi
paling hulu.
Ada beberapa macam
profil pelimpah antara lain : pelimpah profil bulat, pelimpah profil Bazin,
pelimpah profil Modified Creager, pelimpah menurut standard WES (Waterways
Experiment Station) serta banyak lagi bentuk profil lainnya.
Rumus debit melalui
pelimpah :
Dengan :
Q = Debit banjir rencana periode ulang 100
tahunan (Q100), diperoleh dari
analisis hidrologi.-->
(Q100 = 800 m3/dt)
Cd = Koefisien debit, hasil perkalian antara C1xC2xC3
Be = Lebar efektif bendung (m)
H1 = Tinggi
energi di hulu pelimpah (m)
B = Lebar pelimpah, tidak termasuk pilar dan
bangunan pembilas (m)
N = Jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar (untuk pilar
dengan penampang bulat, kp = 0.01)
Ka = koefisien konstraksi abutment/dinding (ka =
0.1)
b.
Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada
Sungai
Dalam
menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:
-
Kemiringan dasar sungai ( I );
-
Lebar dasar sungai (b);
-
Debit maksimum (Qd).
c.
Menentukan Tinggi Mercu Bendung
Tinggi
mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
-
Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan
terjauh;
-
Elevasi kedalaman air di sawah;
-
Kehilangan tekanan dari saluran tersier
ke sawah;
-
Kehilangan tekanan dari saluran sekunder
ke saluran tersier;
-
Kehilangan tekanan dari saluran primer
ke saluran sekunder;
-
Kehilangan tekanan karena kemiringan
saluran;
-
Kehilangan tekanan di alat – alat ukur;
-
Kehilangan tekanan dari sungai ke
saluran primer;
-
Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
-
Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara
elevasi lantai udik atau dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam
menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :
-
Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh
debit dan tinggi tekan;
-
Kebutuhan tinggi energi untuk
pembilasan;
-
Tinggi muka air genangan yang akan
terjadi;
-
Kesempurnaan aliran pada bendung;
-
Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen
yang terjadi di bendung;
-
Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak
lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).
Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan
tidak lebih dari 4.00 meter dan minimum 0.5 H.
d.
Menentukan Tinggi Muka Air di Atas Mercu
Bendung
Tinggi muka air di atas
mercu bendung dapat dihitung dengan persamaan tinggi energy – debit, yaitu :
Qd = Cd ⅔ ⅔ g
b H3/2
Dimana
:
Qd = debit desain, m3/det
Cd = koefisien debit = Cd = C0
. C1. C2
g
= percepatan gravitasi
b = lebar mercu efektif
H = tinggi energy di atas mercu
e. Panjang
atau Lebar Mercu Bendung
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus
diperhitungkan terhadap :
-
Kemampuan melewatkan debit desain dengan
tinggi jagaan yang cukup;
-
Batasan tinggi muka air genangan
maksimum yang diijinkan pada debit desain.
Berkaitan
dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu
-
Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai
stabil atau pada debit penuh alur (bank full discharge);
-
Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar
sungai rata-rata, pada ruas sungai yang telah stabil.
Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek
dan tidak pula terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek,
akan memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul
banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan
bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profil sungai
bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik bendung
yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.
f. Lebar
Efektif Mercu Bendung
Lebar mercu bendung efektif , Be, yaitu panjang
mercu bendung bruto, Bb, dikurangi dengan lebar pilar dan pintu pembilas.
Artinya panjang mercu bendung yang efektif melewatkan debit banjir desain.
Lebar mercu bendung efektif dapat dihitung dengan
cara yaitu :
·
Be = Bb – 20% Σb – Σt
·
Be = Bb – 2 (n . kp + ka)H
Dimana :
Be
= lebar mercu efektif (meter)
Bb
= lebar mercu bruto (meter)
Σb
= jumlah lebar pembilas
Σt
= jumlah pilar-pilar pembilas
n
= jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp
= koefisien kontraksi pilar
ka
= koefisien kontraksi pangkal bendung
H
= tinggi energy, yaitu h + k; h = tinggi air; k = v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar
dapat dilihat pada Standar Perencanaan Irigasi,
KP-02.
g. Menentukan
Panjang dan Dalam Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi
sebagai peredam energi yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan
loncatan hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat
ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran.
h. Menentukan
Panjang Lantai Muka
Akibat
dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya akan
terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan
hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”, maka untuk memperbesar
hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu
dinding vertical. Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus
atau teori :
-
Teori Bligh
Menyatakan bahwa
besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah sebanding dengan panjang
jalan Creep Line.
-
Teori Lane
Teori Lane ini
memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang diperlukan oleh air
untuk mengalir ke arah vertical lebih besar daripada arah horizontal dengan
perbandingan 3:1.
i.
Menentukan Stabilitas Bendung
Untuk
mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan yang
direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung
ditentukan oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
-
Gaya berat
-
Gaya gempa
-
Tekanan Lumpur
-
Gaya hidrostatis
-
Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).
j.
Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air
yang masuk ke saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke
dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat
pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya
satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada
material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk
mencegah masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan
atau dibatasi oleh ukuran pintu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup
ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak
berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka yang
dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan
dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya maksimal 2 m untuk pintu
dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih
dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.
k. Pintu
Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10
lebar bendung (B), sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Bila
banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu
bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi
air setinggi air banjir
2.8 Stabilitas Bendung
Stabilitas
suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari bendung, antara
lain:
·
Bendung harus stabil dan mampu menahan
tekanan air pada waktu banjir
·
Bendung harus dapat menahan bocoran yang
disebabkan oleh aliran sungai dan aliran air yang meresap di dalam tanah
·
Bendung harus diperhitungkan terhadap
daya dukung tanah di bawahnya
·
Tinggi ambang bendung atau crest level
harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh
daerah irigasi
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi
untuk meninggikan muka air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah
satu bagian dari bangunan utama. Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk
meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa
disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure).
Bendung
terdiri atas dua jenis yaitu, bendung tetap dan bendung gerak. Dalam penentuan
suatu bendung perlu dilihat pemilihan lokasi bendung yang tepat.
3.2 Saran
Dalam
perencanaan suatu bangunan air seperti bendung, perlu memperhatikan pemilihan
lokasi yang tepat berdasarkan faktor-faktor, seperti keadaan topografi, keadaan
hidrologi, kondisi topografi, kondisi hidraulik dan morfologi, kondisi tanah
serta biaya perencanaan. Selain itu, pemilihan tipe bendung yang tepat dan
perlu memperhatikan stabilitas bendung tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Erman Mawardi, Drs.
Dipl. AIT. dan Moch. Memed, Ir. Dipl. HE. APU. 2010.
Desain Hidraulik Bendung Tetap.
Bandung: CV. Alfabeta.
http//:www.google.com
http//:www.wikipedia.com